Tuhan mempertemukan dengan orang yang salah dulu sebelum
mempertemukan dengan orang yang benar. Banyak yang bilang begitu. Apa aku harus
percaya? Nyatanya aku selalu bertemu dengan orang yang salah. Pria yang
bajingan.
Ibu bilang aku ini penyayang, terlalu cepat memberi hati
pada orang-orang yang baru, pria asing. Aku khilaf bu, aku jatuh ke lubang yang
salah. Ke lubang yang salah (lagi). Ke pelukan pria yang hatinya lebih busuk
dari salmonella.
Tapi Tuhan pasti sudah mengaturnya, sudah jalannya kami
bertemu dan berpisah. Walaupun dengan cara paling sakit sesakit-sakitnya. Anehnya aku tidak banyak menangis, aku lebih
suka diam. Hanya sedikit sesak.
Semuanya indah, aku bisa lihat pantai , aku bisa menikmati
senja berdua , aku tertawa lepas , aku
bisa belajar caranya berbagi dan bersabar. Semuanya ,aku dan dia (dibaca:kita) lakukan bersama.Tapi aku di buali lagi, aku
kalah, dan aku mengalah !
Aku sudah terlalu sabar untuk selalu dibuang dan
diterlantarkan. Kemudian dipungut lagi lalu di biarkan hingga membusuk. Aku
percaya suatu saat manusia manusia jahanam itu akan sadar dengan sendirinya: siapa
yang lebih tulus dan siapa yang paling tulus. Mereka akan menyesal. Misi ku begitu.
Kekasih yang terdahulu, sebelum ku sebut dia bajingan. Senyumnya
manis, walaupun dia jarang tersenyum. Bola matanya damai, kurasa ada jiwa
disana, tapi dia jarang menatapku, seperti ada kebohongan. Kami sering habiskan
waktu bersama, manis sekali. Namun benar dugaanku , bangkai yang disembunyikan
di kotak rapat pun pasti akan tercium baunya, wanita-wanita lain hadir, aku
bisa apa selain pergi. Aku memang penyayang tapi aku bukan pemaaf.
N